Sabtu, 15 Desember 2012

My Own MileStone2

         Kesakitan ini saya rasakan hanya didalam hati, saya merasa sendiri, hanya selalu merasa sendiri, hingga terkadang saya hilang akal, menuntut orang2 mencintai saya, memaksa mereka mengerti saya. Itu terlalu kekanakan.
         Saya merasakan kualitas diri saya semakin menurun, tapi mengapakah semua orang menuntut profesionalitas yang saya miliki tanpa berpikir ada apa dengan saya pada saat itu. Mengapakah mudah bagi oranglain menuntut orang yang lainnya untuk melakukan sesuatu seperti apa yang diinginkannya, Ketika saya tidak sanggup melakukannya, maka merela mencela dan memberikan kesimpulan bahwa saya tidak bisa melakukannya. Tidakkah kalian memberi saya kesempatan untuk menangis? Air mata yang selama ini saya simpan itu tidak tau kapan jatuhnya.
           Ayah saya, dia lah yang paling berjasa setelah kepergian mama, hebatnya lagi, ia berusaha menjadi keduanya, menjadi Ayah sekaligus ibu. Ayah saya, diumurnya yang kian menua, iya senantiasa melayani saya layaknya seorang anak kecil. Membuatkan saya roti dan susu di pagi hari sebelum saya berangkat ke sekolah, mengusir nyamuk2 yang menggigiti ketika saya tidur, mamakaikan saya selimut ketika saya kedinginan, dan mencium kening saya ketika saya terlelap. Namun saja saya tidak menyadari bahwa seharusnya saya yang melayaninya, saya terlalu terbuai dengan kesedihan saya tanpa memikirkan orang-orang disamping saya yang sebenarnya membutuhkan saya, namun tidak tega.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar